NasDem Nilai Boikot Uni Eropa Wujud Persaingan Bisnis Saja

Share with:


Jakarta – Anggota Komisi IV Sulaiman L Hamzah menjawab tudingan politisi Partai Gerindra Arief Poyuono yang meminta Presiden untuk mencopot Menteri KLHK Siti Nurbaya terkait pemboikotan produk sawit Indonesia oleh Uni Eropa. Saat diwawancarai di ruang kerjanya, Selasa (18/04), Sulaiman mengungkapkan, tudingan Arief Poyuono menunjukkan yang bersangkutan tidak memahami secara menyeluruh kinerja KLHK dalam beberapa tahun ini. Kondisi industri Kelapa Sawit dalam negeri saat ini, menurutnya, justru lebih tertib dari pada sebelumnya.

“Kegiatan Kementerian Kehutanan yang dapat kita lihat nyata di dalam negeri, perbaikan-perbaikan terus dilakukan. Jadi harus dilihat secara menyeluruh tidak bisa kita hanya mau pressure saja tapi tidak mau lihat apa saja yang sudah dikerjakan,” ujarnya.

Klarifikasi Menteri Siti Nurbaya terkait tudingan Uni Eropa terhadap industri kelapa sawit Indonesia yang disinyalir merusak lingkungan, korupsi, mempekerjakan anak, serta pelanggaran HAM, dianggap Sulaiman sudah tepat. Sikap keras dan protes oleh Menteri Siti merepresentasikan sikap pemerintah yang menolak tudingan Uni Eropa. Bahkan dia menyebutkan, fakta di lapangan tidak ditemukan apa yang ditudingkan oleh Uni Eropa

“Pada kenyataanya tidak ada itu.  Kita tetap pada koridor semua perusahaan investasi yang masuk ke negeri kita itu wajib mengikuti ketentuan yang ada. Tidak ada tenaga kerja yang di bawah umur dan perbudakan kecuali gaji UMR belum terpenuhi, dan pelanggaran HAM. Tapi kita pantau di lapangan ada bonus yang diberikan perusahaan agar karyawannya bergairah untuk bekerja. Ada juga lembur, bagi yang rajin dapat banyak, kalau yang malas ya pas-pasan,” tegasnya.

Persaingan Bisnis

Tudingan Uni Eropa yang menyatakan boikot terhadap sawit Indonesia nyatanya erat kaitannya dengan persaingan bisnis. Legislator asal NTT ini menuturkan, persaingan bisnis dalam industri serupa CPO sangat ketat, bukan hanya sesama produsen CPO, tapi juga industri minyak berbahan zaitun dan biji bunga matahari. Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia memiliki kendali terhadap bisnis ini, namun Uni Eropa memiliki produk saingan dan sedang mengkampanyekan penggunaan minyak dari biji bunga matahari.

“Bahwasanya sekarang ada penolakan dari negara luar tentang sawit, itu berangkali sebuah gerakan yang terstruktur yang dibangun oleh negara-negara Eropa sehingga marak terdengar sekarang. Mereka sangat berkepentingan di situ, di negara lain menghendaki supaya lebih pada pengembangan bunga matahari yang sekarang ramai. Itu soal persaingan bisnis saja,” tuturnya.

Di sisi lain, dia menambahkkan, Indonesia juga berpotensi menjadi produsen biji bunga matahari. Hal ini melihat dari potensi wilayah yang cocok untuk menanam bunga matahari. Sehingga apapun kampanye yang dilakukan oleh Uni Eropa, Indonesia akan menggunakan potensi geografinya untuk menguasai pasar.