Kursi Berduri Menteri

Share with:


Oleh Enggartiasto Lukita*

Apa gunanya harga pangan naik tetapi petani tercekik
Apa gunanya stok melimpah tetapi pembeli gelisah
Lalu aku bertanya pada diri sendiri, apa gunanya aku jadi menteri jika tak mampu membantu presiden mensejahterakan anak negeri

Kursi empuk jadi sandaran Berduri tak kuasa ku duduki
Ini adalah tugas Mulia memastikan petani riang gembira bercocok tanam, berdagang, tersenyum ramah tanpa mengelabui, dan pembeli ceria tanpa curiga
Ini adalah keadilan sosial memastikan berkah melimpah dari pelosok Desa hingga kota 

Tikus-tikus akan selalu ada di sawah, di ladang, di pasar hingga sudut-sudut sempit rumah kita
Dia tidak mungkin dihilangkan tetapi bukan tidak bisa dikendalikan 

Aku berbicara atas nama Pancasila
Aku berseru demi keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia
Bagi mereka yang tak juga mau bertobat, tersimpan khianat untuk amanat penderitaan rakyat 

Aku pembantu presiden, aku katakan jika kalian ingin bermain api, aku siapkan air seluas samudera
Kalau kalian ingin untung sendiri, aku pastikan kalian buntung pada waktunya

Jika kalian masih jadikan pangan untuk alat spekulasi, maka operasi-operasi kami akan jadikan hidup kalian tidak pasti
Kalau kalian tak sudi mendengar suaraku, maka pasar akan mengusir kalian dengan caranya sendiri
Ini adalah tugas mulia walau tak mudah melaksanakannya

Kursiku masih bersandarkan duri
Aku akan tetap berdiri dan bahkan berlari untuk mewujudkan harapan, dan cita-cita anak negeri adalah kerja, kerja, kerja, kerja terus tanpa henti.

* Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Puisi dibacakan pada puncak Hari Puisi Indonesia 2017 di Gedung Graha Budaya,Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu, 4/10)